strings: tangled — The Lovers: The new string—the seventh string


Maure duduk dengan nyaman di kursi penumpang. Pandangannya tertuju ke jalanan, memperhatikan kafe dan restoran yang mereka lewati—memasukkan beberapa di antaranya ke daftar tempat yang ingin ia kunjungi. Seperti biasanya, perempuan itu terlihat tenang tanpa pikiran. Berbeda dengan Kaisar yang sedari tadi terus mencuri pandang terhadapnya. Bibirnya beberapa kali terbuka-terkatup-terbuka-terkatup; ingin mengatakan sesuatu, namun ragu.

Sampai akhirnya Maure menyadari gerak-geriknya.

“Kenapa?” Ia menoleh pada laki-laki yang sedang mengemudi itu. Seperti tertangkap basah melakukan tindak kriminal, ekspresi kaget segera mewarnai wajah laki-laki itu.

“Ah—enggak, nanti aja.” Ucapnya yang sempat terbata di awal. Jawaban itu membuat Maure menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

“Kamu mau ngomong sesuatu, Kaisar. Kamu itu kalau nervous gampang keliatan tau.”

Mengetahui bahwa dirinya sudah terbaca jelas dan tidak bisa mengelak, Kaisar menghela napasnya. Saat mobil berhenti di lampu merah, ia kembali menoleh pada Maure.

I’ve been thinking.” Mulainya. Ia berhenti sebentar untuk memastikan lampu lalu-lintas belum berubah hijau. “Maybe we can try things out.

“Huh?” Maure berkedip beberapa kali karena bingung. Kaisar baru saja kembali membuka mulutnya saat lampu berubah hijau. Laki-laki itu akhirnya hanya tersenyum simpul.

Sayangnya, itu adalah lampu lalu-lintas terakhir yang mereka lewati dalam perjalanan menuju tempat tinggal Maure, sehingga mereka harus menunggu sampai mobil berhenti di tempat tujuan. Sepanjang perjalanan yang tersisa, Maure hanya bisa menunggu sambil berharap harap cemas tentang apa yang akan dibicarakan oleh laki-laki itu. Setelah SUV putih itu berhenti di depan rumah kecil bercat putih, barulah Kaisar membuka kembali obrolan.

I think you’re right.” Mulainya, menarik perhatian Maure secara penuh. “I’m overthinking and worrying for nothing. I’m dwelling too much on the past and forgetting that the most important right now is the present. Aku, kamu, Heksa, mungkin emang cuma masa lalu dan gak ada pengaruhnya ke hubungan kita. Sebaliknya, mikirin masa lalu itu kayaknya malah bikin aku terus ngeliat kamu sebagai saudaranya Heksa instead of Maure. I want to change that.”

Pembicaraan itu perlahan membuat jantung Maure berdebar. Ia tidak bereaksi apapun selain diam dan menyimak laki-laki di depannya karena ia merasa gugup.

“Ole,” lanjut Kaisar lagi. “Let’s try a new start.”