strings: tangled — The Crush: Prologue, the first string
“KAISAAAAARR!” Sapa—atau teriak seorang perempuan yang baru saja melangkah memasuki gerbang utama kampusnya. Panggilannya itu dilayangkan kepada laki-laki berambut hitam yang sedang berjalan beberapa meter di depannya. Laki-laki itu mengenakan jaket canvas hitam dengan kaos putih polos di dalamnya, kontras dengan sweater biru muda yang dikenakan oleh perempuan itu. Tidak membutuhkan waktu lama baginya untuk menyamai langkah laki-laki itu. Ia menepuk bahu laki-laki itu dengan senang. “Bareng dong!”
“Duh sakit, Le,” Laki-laki itu meringis sambil memegang area yang baru saja tersentuh, membuat perempuan itu mengeluarkan ekspresi panik.
“Eh kenapa???”
“Cedera waktu main basket.” Jawabnya sambil menggerak-gerakan bahu dan pundaknya.
“Aduh maaf gak tau…” Ucap perempuan itu tidak enak. “Eh tapi kok gue gak tau sih?”
“Ya karena emang gak harus tau.” Balas laki-laki itu cuek sambil mempercepat langkahnya, membuat perempuan itu kembali tertinggal.
Laki-laki itu bernama lengkap Kaisar Jisaka Haidar. Mahasiswa tahun ketiga Ilmu Hukum yang lumayan aktif di kampusnya. Karena itu mungkin cukup banyak juga mahasiswa di luar fakultasnya yang mengenalnya. Disaat yang bersamaan, hanya sedikit yang benar-benar mengenalnya karena laki-laki itu sangat tertutup tentang kehidupan pribadinya. Memiliki lingkaran sosial yang luas pun tidak membuat lingkaran pertemanannya ikut menjadi luas. Beberapa orang mungkin menilainya sebagai misterius, sebagian menilainya sebagai sosok yang sulit didekati. Meskipun demikian, semua orang pasti tetap setuju bahwa Kaisar adalah sosok yang baik, ramah, dan senang membantu. Singkatnya, seroang gentleman. Hanya saja, sepertinya perempuan ber-sweater biru itu adalah pengecualian.
“Lagi bad mood ya? Pagi-pagi udah jutek.”
Namanya adalah Maure. Maure Zianne. Mahasiswa tahun pertama jurusan Ilmu Komunikasi yang memutuskan untuk menyukai Kaisar sejak hari-hari pertamanya sebagai mahasiswa baru, tepatnya di sebuah after party ala-ala selepas masa OSPEK—yang sebenarnya hanyalah panggung pentas biasa. Hari itu, Kaisar datang mengenakan jaket denim longgar dan trousers berwarna hitam. Laki-laki itu berada di stand musik bersama beberapa orang lainnya yang sepertinya temannya. Ia menjadi pengiring gitar dalam penampilan salah satu band yang tampil. Sejak hari itu tidak ada hari di mana Maure tidak mencoba untuk mendekati Kaisar. Walau seperti yang bisa dilihat, hasilnya masih belum terlihat.
Fakta bahwa Maure menyukai Kaisar sudah seperti rahasia umum. Maure sendiri tidak pernah menyembunyikan perasaannya dan cenderung bersikap terang-terangan. Tidak ada yang tahu bagaimana bisa perempuan itu bersikap santai sambil menyatakan perasaannya secara gamblang dan tanpa rasa segan sama sekali. Mungkin, itu memang sifatnya. Mungkin, itu adalah kekuatan cinta.
“IH Kaisar tunggu dong!”
Sayangnya, sudah menjadi rahasia umum juga bahwa laki-laki itu menolaknya. Selalu.