strings: tangled — The Breakdown: Untangling the strings
“Ole?”
Sebuah panggilan datang bersamaan dengan ketukan pelan pada pintu kayu yang setengah terbuka itu. Di ambang pintu, nampak Heksa yang berdiri bersandar pada bingkai pintu. Laki-laki itu terlihat sudah siap untuk pergi; mengenakan collar sweater berwarna krem yang dipadukan dengan trousers hitam. Ia melihat ke arah Maure yang sedang berdiri di depan kaca, menyisir rambutnya. Mendengar namanya dipanggil, perempuan itu pun menoleh.
“Hm?”
“Udah siap?”
Hari ini adalah harinya. Hari dimana Maure memulai untuk meluruskan benang-benang yang kusut. Setelah selama ini menghindar, berpikir benang kusut itu bisa meluruskan dirinya sendiri, Maure akhirnya memilih untuk meluruskan gulungan benang itu dengan tangannya sendiri. Ia sadar bahwa benang kusut itu kalau dibiarkan ya akan tetap kusut. Usaha meluruskannya pun tidak mudah. Kalau ditarik sembarangan, justru bisa jadi semakin kusut bahkan menjadi kusut permanen. Untuk melerai gumpalan benang itu, perlu ditelusuri titik kusutnya. Perlu ditelusuri setiap helainya.
“Abang,” Perempuan itu menghentikan aktivitas menyisir rambutnya. Ia terlihat menatap cemas pada pantulannya sendiri di kaca. Pemandangan itu membuat Heksa mengambil langkah masuk dan berjalan mendekatinya. Saat laki-laki itu tiba di belakang Maure, perempuan itu melanjutkan. “Kalau gak berhasil gimana? Kalau tetep kusut gimana?”
Terdengar helaan napas keluar dari mulut Maure. Tatapan cemasnya kini bercampur rasa takut dan keraguan. Meluruskan benang yang kusut itu, tidak mudah sama sekali. Meskipun Maure berhasil meluruskan bagiannya, masih ada bagian lain—helaian lain—yang berada di luar kendalinya.
Heksa menangkap dengan jelas kecemasan dan keraguan yang muncul dalam diri perempuan itu. Dirinya sendiri pun, bisa dibilang setengah bergantung pada harapan. Meskipun begitu, ia masih bisa terlihat tenang dan yakin. Laki-laki itu tersenyum pada Maure lewat pantulan cermin. Satu tangannya bergerak mengusap puncak kepala adiknya itu.
“Dicoba dulu.” Ucapnya dengan tenang. “Yang penting semuanya jelas dulu.”
Meluruskan benang yang kusut itu memang tidak akan mudah sama sekali. Seperti yang sudah dibilang, setiap helai harus ditelusuri. Itu artinya setiap masa lalu, setiap hubungan, perlu dibongkar. Namun sekali lagi, tidak peduli seberapa sulit, memang itulah hal yang harus dilakukan. Gestur dan kalimat sederhana dari Heksa itu cukup untuk menenangkan Maure. Perempuan itu berbalik dan memberikan senyum simpulnya.
“Ayo berangkat, Abang.”