strings; tangled — Dari Kiana, untuk semuanya: Yang tersayang — an interlude


Setiap orang tua punya patah hati yang berbeda-beda tentang anaknya. Ada yang patah hati saat anaknya pergi, ada yang patah hati saat anaknya jadi pembangkang, ada yang patah hati karena memang disakiti oleh anaknya. Kalau Ami, patah hatinya Ami itu saat melihat anak-anak Ami hancur. Patah hatinya Ami itu saat Ami tahu kalau anak-anak Ami hancur setelah berjuang melawan masalah yang timbul karena orang tuanya. Heksa, Maure, Arumi, dan Kaisar, semuanya hanya korban. Kalian korban dari cerita-cerita yang melibatkan orang tua kalian, melibatkan Ami. Kalian hanya melanjutkan hidup pada benang-benang yang sudah kami rangkai. Maka sewaktu tahu kalau kalian lebih menderita dari apa yang Ami kira, hati Ami patah sepatah-patahnya.

Abang, anak Ami yang paling kuat, paling tenang seperti samudera, ternyata selalu diterpa badai. Ternyata Abang selama ini menghadapi konflik dan dilema, antara membenci Ayah yang gagal mempertahankan keluarga atau menjunjung nama Khagi yang kamu bawa. Abang selalu ragu setiap Ami cerita tentang Ayah. Abang selalu ragu, apa Ami, Ayah, dan Mama Anne bahagia dengan semua ini? Tapi jawaban Ami selalu sama, Abang. Ayah dan Ami sama-sama salah. Tapi baik Ami, Ayah, ataupun Mama Anne, tidak ada yang marah. Semuanya menerima apa yang terjadi tanpa dendam. Biar soal apa yang terjadi diantara Ami, Ayah, dan Mama Anne, cukup menjadi beban kami bertiga. Jadi, Abang bisa sepenuhnya berhenti memikirkan cerita yang bukan tanggung jawab Abang.

Tapi Abang, semuanya pun bukan tanggung jawab Abang. Kematian Ayah bukan tanggung jawab Abang, tapi tanggung jawab takdir. Duka nya Ole juga bukan tanggung jawab Abang, tapi luka yang hanya bisa sembuh oleh waktu. Hilang jati dirinya Rumi bukan tanggung jawab Abang, tapi tanggung jawab dirinya sendiri. Apa yang menimpa Kaisar dan ibundanya bukan tanggung jawab Abang, tapi tanggung jawab ayahnya Kaisar. Pun dengan keluarga ini, sekarang belum menjadi tanggung jawab Abang. Jadi, Abang jangan terburu-buru jadi kepala keluarga. Abang jangan terburu-buru menanggung beban yang bukan untuk Abang.

Sekarang waktunya Abang membagi beban itu, waktunya Abang melepaskan diri dari beban itu, dan hidup dengan pundak yang ringan.

Ole anak Ami yang paling berani, paling ceria meski langitnya sedang mendung, ternyata lebih muram dari mendung itu sendiri. Ternyata Ole selama ini selalu berduka sendirian sambil menganggap diri sendiri beban yang merepotkan. Ternyata, Ole juga tidak se-berani itu. Ole sering kali takut kalau nama Khagi yang dibawanya sebenarnya tidak berhak untuk dimilikinya. Ole sering kali takut kehadirannya menyakiti Ami dan Abang. Ole juga takut untuk mencari tahu cerita di antara Mama Anne, Ayah, dan Ami, karena takut jadi membenci Ayah. Tapi Ole lebih takut lagi kalau Ole malah jadi membenci Mama Anne dan dirinya sendiri. Ami ingin bilang, kalau Ole tidak perlu takut tentang semua itu. Kehadiran Ole tidak pernah menyakiti siapapun, sebaliknya, malah membahagiakan. Kehadiran Ole di keluarga Khagi tidak pernah sebuah kesalahan.

Tapi Ole, semuanya pun bukan salah Ole. Perceraian Ami dan Ayah bukan salah Ole maupun Mama Anne. Kepergian Mama Anne juga bukan salah Ole. Abang yang tumbuh di keluarga yang tidak utuh juga bukan salah Ole. Jadi, jangan pernah tenggelam dalam luka dan perasaan bersalah lagi. Sebaliknya, Ami harap Ole berhenti melalui semuanya sendirian, karena Ole mempunyai orang-orang yang selalu siap membantu Ole. Di hari kamu diperkenalkan ke Ami, kamu sudah menjadi anak Ami juga. Semua yang menjadi anak Ayah, menjadi anak Ami juga. Jadi, Ole jangan pernah lagi berduka sendirian. Ole jangan pernah lagi sendirian, karena Ole punya Ami dan Abang.

Sekarang waktunya Ole menyembuhkan diri, waktunya Ole membagi duka itu agar cepat sembuh, dan hidup dikelilingi cinta yang selalu berhak didapatkan.

Rumi anak manis, anak yang mandiri, yang tetap memimpikan pelangi di tengah badai. Ternyata, Rumi mengejar pelangi itu sendirian. Ternyata, Rumi memilih melupakan hubungan yang pernah terangkai bersama keluarga ini karena merasa tidak diinginkan. Dibalik kemandirian itu, Rumi hanya anak yang ingin dicintai dan diinginkan semua orang. Rumi hanya anak yang ingin bahagia bersama semua orang. Rumi hanya ingin merasa berhak atas apa yang sudah diterima. Salah satunya, nama Khagi yang juga ikut dibawa. Meskipun pada akhirnya Rumi memilih untuk melupakan. Rumi memilih untuk melepaskan apa yang pernah dimiliki untuk memiliki sesuatu yang lain.

Tapi Rumi, tidak semuanya harus dimiliki. Rumi tidak harus memiliki semua hal yang ada di bumi. Rumi tidak harus memiliki Ayah Khagi, Mama Anne, Heksa, ataupun Kaisar. Rumi tidak harus memiliki nilai yang bagus atau reputasi yang bersih. Rumi tidak harus memiliki keluarga yang utuh, teman yang banyak, atau pacar yang manis. Rumi tidak harus memiliki semua itu untuk bahagia. Rumi bisa bahagia dengan sederhana. Rumi bisa bahagia dengan menjalani hidup yang Rumi miliki. Tidak ada yang salah dari menginginkan pelangi. Tidak ada yang salah dari menginginkan kehidupan yang sempurna. Tetapi Rumi melewati jalan yang salah dan tersesat. Tetapi Rumi menuju pelangi yang salah. Rumi tidak bisa bahagia kalau menginginkan pelangi orang lain.

Sekarang waktunya Rumi menerima masa lalu, waktunya Rumi berdamai dengan takdir yang ada, sambil merangkai pelangi baru, pelangi Rumi sendiri.

Kaisar anak baik, anak yang paling perhatian pada semua orang. Anak yang ikut terbawa ke dalam gulungan benang kusut ini. Padahal Kaisar tidak ada kaitannya. Padahal Kaisar hanya datang sebagai teman. Padahal, Kaisar juga sudah memiliki kehidupan yang sulit. Apa yang terjadi di keluarga Kaisar membuat Kaisar jadi protektif pada orang-orang disekitarnya. Kaisar jadi merasa harus selalu tahu, harus selalu mengerti, dan harus selalu bisa membantu semua orang. Kaisar jadi takut lengah saat sesuatu terjadi.

Tapi Kaisar, tidak semua orang harus ditolong oleh Kaisar. Bukan kewajiban Kaisar untuk menolong semua orang. Beberapa hal terjadi, beberapa orang menghadapi masalah, tapi bukan kewajiban Kaisar untuk menolong. Bukan kewajiban Kaisar untuk menolong Heksa, Ole, dan Rumi. Tidak semua hal yang mereka lewati bisa dibantu oleh Kaisar. Jadi, Kaisar bisa membiarkan mereka membantu diri mereka sendiri.

Sekarang waktunya Kaisar menolong diri sendiri, waktunya Kaisar meyakinkan diri sendiri kalau orang lain akan baik-baik saja, dan waktunya Kaisar untuk hidup dalam ketenangan.

Ami sudah cukup melihat dan mendengar pertarungan-pertarungan kalian. Ami sudah cukup patah hati melihat luka-luka kalian. Mulai sekarang, Ami hanya ingin melihat Abang, Ole, Rumi, dan Kaisar yang senang, yang tersenyum. Ami ingin melihat kalian semua lepas dari masalah yang selama ini menahan kalian. Ami ingin melihat kita semua sembuh.

Sehat dan bahagia selalu, anak-anak Ami yang tersayang.